SENDIRI MEMBACA, BERDUA DISKUSI, BERTIGA ATUR STRATEGI, DAN SELEBIHNYA AKSI...............!!! AWALNYA TERPAKSA, KEMUDIAN TERBIASA, DAN AKHIRNYA BISA DALAM MENGUKIIR CITA-CITA..... LOGIKA FALASI ITUKAN HAL BIASA DALAM TAHAP BELAJAR......TAPI KALAU TERUS-TERUSAN ITU NAMANYA OTAK KETUK... AJARI AKU MENYADARI, AJARI AKU MEMAHAMI AJARI AKU MENCINTAI, , DAN AJARI AKU UNTUK MEMILIKI.... BUKANKAH SEGALA PERSOALAN ITU BISA DISELESAIKAN.....? |
Meneropong Pola Gerakan Mahasiswa Hari Ini yang Mati Suri Oleh : Aidil Fitri |
Mahasiswa secara kebahasaaan berasal dari dua kata yaitu MAHA dan SISWA. Maha yang memiliki makana yang begitu mendalam disematkan kepada orang yang belajar ditingkat perguruan tinggi yaitu mahasiswa. Kalau kita analisa dari kata “ Maha” yang menurut kamus besar bahasa indonisia memiliki aerti; paling, ter, amat, dan sebagainya. Sedangkan kata “ Siswa” adalah orang yang belajar di suatu institusi. kalau kita simpulkan dari analisis kata “ Mahasiswa” itu adalah orang yang paling banyak belajar.
|
Terlepas dari asumsi itu, mari kita analisa kembali mengenai mahasiswa hari ini. kalau kita menyepakati bahwa mahasiswa secara kebahasaan merupakan orang yang terpelajar maka konsekkuensi logisnya adalah orang yang memiliki kapabilitas lebih dari yang bukan mahasiswa. Artinya mahasiswa itu adalah orang yang dianggap mampu memahami situasi dan kondisi serta tau apa yang harus dilakukan. Akan tetapi persoalannya kemudian benarkah mahasiswa hari ini adalah orang-orang yang tanggap, kritis, dan cepat bertindak ?. Kalau mahasiswa itu tidak termasuk orang yang demikian maka gugur persepsi yang kita bangun bahwa mahasiswa adalah oarang yang terpelajar.
Peran Mahasiswa.
a. Agent of Change
Disematkan kepada mahasiswa oleh kelompok masyarakat sebagai Agent of Change karena mahasiswa dengan modal akademis, skil, kecerdasan dan wawasan yang luas diharapkan mampu membuat suatu perubahan baik secara edukasi maupun ekonomi kearah yang lebih baik.
Terbukti bahwa faktor pendidikan berpengaruh besar terhadap peradaban. Kalau kita bandingkan negara Indonesia dengan negara-negara eropa sangat jauh berbeda peradaban kehidupan disana. Padahal kalau ditinjau dari Sumber Daya Alamnya sengat melimpah ruah kekayaan alam Indonesia ini.
Betapa besarnya kekayaan Indonesia. Kekayaan laut dengan trumbu karang serta ikan-ikannya, kekayaan darat dengan hutan yang banyak pepohonan beraneka ragam, sawah-sawah yang begitu subur untuk lahan pertanian, gunung mas, serta MIGAS yang terdapat di darat dan di laut. Tetapi realitanya mahasiswa masih buta akan hal itu.
Rakyat Indonesia kini hidup miskin di negara yang kaya-raya dan kelaparan dilumbung pangan. Kenapa bisa terjadi demikian, karna rakyat Indonisia tidak mampu memutus garis kebodohan. Dimana peran mahasiswa sebagai Agent of Change, yang memiliki modal akademis, skil, kecerdasan, dan wawasan yang luas?. Kenapa mahasiswa membiarkan kekayaan Indonesia dikelola orang lain, diisap, digrogoti, dan diangkut kenegara lain yang tidak memberikan sumbangsi terhadap rakyat Indonesia. Tidakkah kita sadari hal itu, dimana edialiseme kita sebagai mahasiswa, dan dimana tanggung jawab mahasiswa sebagai Agent of Change ?
b. Agent of Control
Begitu mulianya mahasiswa yang gelar sebagai Agent of Chontrol yang dipercai masyarakat untuk mengkontrol tatanan hidup berbangsa dan bernegara demi terciptanya masyarakat adil dan makmur. Lalu kenapa ketimpangan sosial masih terus terjadi di Bumi Persada ini ?. Dimana keadilan dibangsa ini hanya diukur dengan materi serta dengan kemampuan berwacana tentang hukum beserta pasal-pasalnya yang kemudian seolah-olah menjadi kebenaran hakiki yang tidak terbantahkan.
Degradasi Gerakan Mahasiswa
Sebagai kekuatan besar, gerakan mahasiswa masih memiliki legitimasi moral dari masyarakat. Namun, walau harapan tinggi dari masyarakat masih dibebankan ke pundak mahasiswa, saat ini gerakan mahasiswa cenderung menurun. Mahasiswa seakan-akan tak memiliki progresivitas dan sensitivitas dalam menanggapi berbagai persoalan real bangsa ini.
Itu sangat tampak jika kita melihat ruang-ruang diskusi mahasiswa yang tak lagi diramaikan pembicaraan tentang problematika umat. Jika dahulu keterbatasan media malah membuat para aktivis kampus makin kreatif dan kritis, saat ini berbanding terbalik. Banyak gerakan mahasiswa terjebak berbagai kepentingan pribadi dan golongan. Itulah mahasiswa hari ini, mereka mendahulukan egonya demi menjaga eksistensi organisasinya. Mereka mengagung-agungkan simbol kebesaran organisasi masing-masing dan sibuk memperdebatkan perbedaan idiologi sehingga lupa dengan tugas-tugas sebagai mahasiswa. Mahasiswa hari ini hanya jago kandang tak ubahnya katak dalam tempurung hanya bisa berkoar-koar dibelakang layar namun tidak berani tampil kedepan untuk menjadi sebagai pelopor perubahan.
Selain itu, era globalisasi dengan teknologi yang makin canggih dan membuat dunia makin kecil justru makin mengerdilkan jiwa para aktivis pergerakan mahasiswa. Suara keberanian dan kejujuran mahasiswa yang semula nyaring terdengar, kini seakan-akan hilang bagai ditelan bumi. Nilai tawar mahasiswa yang semula senantiasa menjadi kebanggaan, kini tak lagi ada.
Idealisme sebagai prinsip dasar gerakan mahasiswa seolah-olah tertawan di ruang perkuliahan yang sangat mengekang. Sifat kritis sebagai senjata utama mahasiswa dalam mengupas berbagai isu dan persoalan bangsa, menanggapi berbagai kebijakan pemerintah, serta memperjuangkan aspirasi rakyat menumpul dan berkarat. Semua itu menjadi faktor penyebab degradasi gerakan mahasiswa.
Akibatnya, gerakan mahasiswa yang dulu lebih mengedepankan kepentingan rakyat kecil, saat ini hanya berperan sebatas lingkup kampus. Tak pelak, yang tampak adalah gerakan mahasiswa mati suri.
Refleksi Sejarah Gerakan Mahasiswa
Harus kita akui peran mahasiswa sangat penting dalam perjalananan panjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia dari masa ke masa. Gerakan mahasiswa telah membuktikan apa yang mereka lakukan mampu menumbangkan segala bentuk otoritarianisme penguasa terhadap rakyat. Gerakan mahasiswa merupakan bentuk perjuangan nyata kaum intelektual berdasar tanggung jawab moral sosial mereka kepada rakyat.
Karena itulah degradasi gerakan mahasiswa saat ini harus menjadi perhatian bersama serta disikapi secara arif dan bijaksana. Perlu dicari akar permasalahan untuk dibuatkan satu solusi cerdas guna membangun kembali semangat gerakan mahasiswa yang mati suri. Karena, idealnya mahasiswa merupakan golongan intelektual yang memiliki semangat berjuang tinggi.
Kembali melakukan refleksi sejarah merupakan salah satu cara untuk mengembalikan semangat gerakan mahasiswa. Sebab, sejarah telah mencatat gerakan mahasiswa dengan idealisme para aktivisnya telah menumbangkan kediktatoran Soekarno dan menggulingkan rezim otoriter Soeharto.
Refleksi sejarah perjuangan mahasiswa pada zaman dahulu diharapkan memberikan motivasi serta menyadarkan kembali mahasiswa sekarang betapa penting gerakan mahasiswa. Sejarah dapat berperan penting untuk menumbuhkan kembali semangat perjuangan. Ditambah dengan keberhasilan mahasiswa dahulu yang bisa memantik keberanian mahasiswa sekarang untuk mengukir sejarah baru.
Tak kalah penting untuk menghidupkan kembali gerakan mahasiswa, harus ada dukungan dari berbagai pihak. Salah satu dukungan dari internal kampus; rektorat dapat membuat kebijakan yang mendukung serta mempermudah pertumbuhan gerakan mahasiswa. Bukan sebaliknya, kebijakan diciptakan untuk menghambat atau mematikan mahasiswa dan gerakan mahasiswa.
Peran serta dukungan masyarakat pun menjadi kunci keberhasilan untuk menyemai kembali pertumbuhan gerakan mahasiswa yang mati suri. Tanpa dukungan masyarakat, tidak mungkin mahasiswa dan gerakan mahasiswa bisa eksis dan aktif. Sebab, gerakan mahasiswa pada dasarnya merupakan gerakan untuk masyarakat, bangsa, dan negara.
Mari kita lepas bendera masing-masing serta almamater kebesaran kampus kita, kita jangan bicara HMI, PMII, KAMMI, IMM, GMNI, dan Organ-organ apapun. Mari kita bersatu padu dibawah bendera kebesaran Aliansi Mahasiswa dengan mengucapkan Sumpah Mahasiswa Indonesia secara bersama-sama serta menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Baru kemudian kita membuat perubahan secara bersama-sama pula.
Maksud saya diatas bukan berarti kemudian mengajak kawan-kawan mahasiswa untuk melenceng dari mekanisme berorganisasi. Kita sepakati bahwa kita diikat oleh organ yang berbeda. Kita sama-sama memiliki konstitusi AD/ART dan independensi masing-masing. Akan tetapi maksud saya disini taklain adalah bagaimana kita untuk selalu ikut andil dalam menjaga stabilitas NKRI serta mewujudkan masyarakat adil makmur, menciptakan peradaban baru untuk Indonesia. Mari kita wujudkan cita-cita bangsa Indonesia ini melalui gerakan mahasiswa yang terkonsolidasi, proggresif, dinamis dengan melalui agenda kajian-kajian ilmiah/diskusi rutin di organisasi kita masing-masing lalu kemudiann implementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Terlepas dari itu saya kembalikan kepada kesadaran kawan-kawan mahasiswa masing-masing. Tapi ingat bangsa ini bukan dalam keadaan baik-baik. Jangan ternina bobokkan oleh keadaan, mari kita segera berbuat untuk menyelamatkan bangsa ini.